Wednesday, March 26, 2014

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN TAKSONOMI HEWAN ( Identifikasi dan Klasifikasi Jenis Aves Di Pasar Burung Karimata Jalan Kartini Kota Semarang (JILID 1) )

Ini adalah hasil observasi yang telah kami lakukan mengenai Identifikasi Dan Klasifikasi Jenis Aves Di Pasar Burung Karimata Jalan Kartini Kota Semarang tepatnya pada tanggal 20 Oktober 2013 
Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dalam mempelajari ilmu Taksonomi Hewan




LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN
TAKSONOMI HEWAN
Identifikasi dan Klasifikasi Jenis Aves Di Pasar Burung Karimata Jalan Kartini Kota Semarang
Disusun oleh :
1.     Tesa Aghnes Maudyni (4401412005)
2.     Putri Mei Wahyuni       (4401412034)
3.     Ros Setiani                    (4401411240)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
SEMARANG
2014

A.    JUDUL PENELITIAN
Identifikasi dan Klasifikasi Jenis Aves Di Pasar Burung Karimata Jalan Kartini Kota Semarang.
B.     PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Keanekaragaman hayati jenis burung di dunia ini sangat banyak dan beragam. Jumlah species burung sangat banyak, bahkan yang terbanyak dibandingkan dengan kelas lainnya kecuali kelas pisces. Indonesia merupakan negara keempat di dunia yang memiliki keanekaragaman jenis burung setelah Columba dan Peru. Menurut penelitian jenis-jenis burung di Indonesia ini sangat luar biasa, terdapat 1531 jenis burung, 381 jenis diantaranya adalah endemik.Tak mungkin jumlah spesies aves yang banyak itu dapat kita pelajari satu persatu dengan mudah, maka dari itu dibutuhkan pengelompokan-pengelompokan dengan proses identifikasi dan klasifikasi. Dengan begitu, kita dapat dengan mudah untuk mempelajarinya.
Menyadari hal tersebut, kami selaku mahasiswa bermaksud melakukan observasi lapangan untuk mengetahui lebih jauh tentang keanekaragaman aves. Observasi Lapangan adalah alternatif yang kami pilih untuk memenuhi maksud tersebut. Kami mengharapkan dengan Observasi Lapangan ini dapat menambah pengetahuan tentang keanekaragaman  aves.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka untuk observasi lapangan ini penulis mengambil judul “IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI JENIS AVES DI PASAR BURUNG KARIMATA DI JALAN KARTINI KOTA SEMARANG“.   Penelitian ini kami laksanakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Taksonomi hewan khususnya untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan berbagai jenis aves. Penelitian tersebut kami lakukan di pasar burung yang terdapat di jalan Kartini kota Semarang dikarenakan sangat banyaknya jenis-jenis hewan terutama dari jenis aves yang dapat diamati. Pengelompokkan aves tersebut merupakan hasil pengamatan dari segi morfologi, habitat, jenis makanan, cara perkembangbiakan, dll.

Perumusan Masalah
1.      Apa saja hasil identifikasi dan pengelompokan aves berdasarkan morfologinya, habitat, jenis makanan, cara perkembangbiakan ?
2.      Apa saja ordo yang diperoleh berdasarkan hasil observasi ?
3.      Apa ciri karakteristik masing-masing ordo menurut hasil observasi ?

Tujuan Penelitian
1.      Memperoleh hasil identifikasi dan pengelompokan aves berdasarkan morfologi, habitat, jenis makanan dan cara perkembangbiakan.
2.      Mengetahui ordo-ordo aves yang diperoleh berdasarkan hasil observasi
3.      Mengetahui ciri karakteristik masing-masing ordo menurut hasil observasi

Manfaat  Penelitian
Manfaat yang didapatkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diantaranya :
1.      Manfaat akademis
a.       Dapat mengenali perbedaan antara spesies aves yang satu dengan spesies lainnya.
b.      Dapat mengelompokkan aves berdasarkan ciri-cirinya.
c.       Memperdalam dan meningkatkan ketrampilan serta kreatifitas diri dalam lingkungan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.
d.      Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman selaku generasi yang dididik untuk siap terjun langsung di masyarakat khususnya di lingkungan kerja.
e.       Merupakan sarana penghubung antara instansi dan lembaga pendidikan tinggi.

2.      Manfaat umum
a.       Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang keanekaragaman aves sehingga dapat menambah kekaguman terhadap ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
b.      Menambah kesadaran masyarakat agar selalu melestarikan makhluk hidup salah satunya aves.

C.    TINJAUAN PUSTAKA
Burung atau aves adalah salah satu kelompok yang paling banyak dan paling terkenal di dunia. Mereka berdarah panas seperti mamalia tetapi lebih dekat kekerabatannya dengan reptil, mereka berkembang sejak 135 juta tahun yang lalu. Semua burung lebih dulu bernenek moyang dari fosil burung pertama, yaitu Archaeopteryx (Mac Kinnon, 1991).
Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan memiliki bulu dan sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudah termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari empat ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan berkembang biak dengan bertelur. Kelas ini dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan, hewan ternak, hobi dalam peliharaan. Dalam bidang industri bulunya dapat dimanfaatkan contohnya baju, hiasan dinding, dan lainnya. (Mukayat, 1990).
Anggota kelas aves memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya, sehingga hewan ini mampu bertahan dan berkembang biak pada suatu tempat. Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan dalam berbagai cara untuk penerbangan yang efisien. Yang paling utama di antara semuanya adalah sayap. Meskipun sekarang sayap itu memungkinkan burung untuk terbang jauh mencari makanan yang cocok dan berlimpah, mungkin saja sayap itu dahulu timbul sebagai adaptasi yang membantu hewan ini lolos dari pemangsanya. Adanya burung-burung yang tidak memiliki sayap yang hidup di Antartika, Selandia Baru dan daerah-daerah lain yang jarang ada pemangsanya membuktikan hal ini (Kimball, 1983).
Kelas aves memiliki kemajuan bila dibandingkan dengan kelas-kelas yang mendahuluinya dalam hal; 1. Tubuh mempunyai penutup yang bersifat isolasi, 2. Darah vena dan arteri terpisah secara sempurna dalam sirkulasi pada jantung, 3. Pengaturan suhu tubuh, 4. Rata-rata metabolisme aves tinggi, 5. Mempunyai kemampuan untuk terbang, 6. Suaranya berkembang dengan baik, 7. Menjaga anaknya dengan baik dan cara khusus (Jasin, 1992).
Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan dalam berbagai cara untuk penerbangan efisien. Yang paling utama dari semua ini tentu saja adalah sayap. Meskipun sekarang sayap itu bisa memungkinkan burung untuk terbang jarak jauh untuk mencari makanan yang cocok dan berlimpah. Mungkin saja sayap itu dahulu timbul sebagai adaptasi yang membantu mereka meloloskan diri dari pemangsanya (Kimball, 1999).
Aves merupakan hewan yang paling banyak dikenal orang karena dapat dilihat dimana-mana, aktif pada siang hari dan unik karena memiliki bulu sebagai penutup. Bulu-bulu tersebut dapat membantu mengatur suhu tubuh dan pada saat terbang. Dengan kemampuan terbang itu, aves mendiami semua habitat. Warna dan suara beberapa aves merupakan daya tarik bagi mata dan telinga manusia. Banyak diantaranya mempunyai arti penting dalam ekonomi, sebagain merupakan bahan makanan dan sumber potein. Beberapa diantaranya diternakkan oleh manusia (Anonymous, 2010b).
Aves adalah tetrapoda yang:
1. Hampir seluruhnya ditutupi bulu dan kakinya bersisik yang merupakan ciri mirip reptil
2. Kepala ditopang oleh leher yang fleksibel dan tengkorak berartikulasi dengan condylus osccipital tunggal
3. Otak relatif besar dengan corpora striata yang padat (seringkali diasosiasikan dengan tingkah laku insting) neopalium kecil. Lobus opticus (corpora trigemina) besar.
4. Rahang bawah terdiri atas tulang-tulang yang kompleks,artikulasi antar artikular dan quadrat. Terdapat auditory ossicle yang disebut collumella auris.
5. Suara yang dihasilkan oleh syrinx yang terdapat pada dasar trachea. Larynx rudimenter dan tidak ada pita suara.
6. Tidak mempunyai gigi,kecuali “gigi telur” yang diperlukan untuk membantu penetasan. Mempunyai paruh dari zat tanduk menutupi rahang atas dan bawah
7. Nostril langsung berhubungan dengan buccal cavity. Tidak berpipi,langit-langit sekunder tidak ada.
8. Tungkai muka bermodifikasi menjadi sayap, sehingga burung dapat terbang. Bagian “lengan” bermodifikasi menjadi panjang, jari tengah memanjang untuk menyokong bulu terbang. Sebuah jari anterior terpisah untuk menyokong bulu alula yaitu bulu kecil yang merupakan bulu penting untuk gerakan aerodinamika. Jari posterior yang tereduksi menyokong jari tengah. Tungkai belakang bermodifikasi secara beragam untuk berjalan dengan dua kaki di tanah,atau burung berenang atau kedua-duanya. Umumnya mempunyai mempunyai jari-jari,satu ke arah belakang (hallux), dan tiga ke arah depan. Gelang bahu dan
gelang panggul terspesialisasi dengan baik menunjang berat tubuh baik ketika berjalan,maupun terbang.
9. Tulang panjang maupun tulang vertebrae tidak mempunyai epiphise. Vertebrae cervical berbentuk sadel (heterocoel) di bagian tengah sehingga leher dapat bergerak leluasa; tulang belakang sisanya sangat padat

10.Jantung beruang empat. Lengkung aorta kiri tidakada, eritrosit berbentuk bulat dan berinti.

11. Tidak mempunyai diafragma. Sistem kantung udara yang berkembang dengan baik sangat membantu paru-paru untuk mengedarkan udara ke seluruh tubuh

12.Telur besar dengan kuning telur yang banyak dan Dilindungi oleh cangkang kapur, fertilisasi internal amnion dan alantois terbentuk selama masa perkembanga. Pengeraman dilakukan oleh salah satu induk atau kedua induknya di dalam sarang Setelah menetas anak-anaknya dipelihara oleh induknya. 13. Suhu badan tetap,umumnya lebih tinggi dari pada mamalia yaitu diatas 40 derajat Celcius.
Adanya bulu pada burung merupakan karakter spesifik yang menunjukkan jenis burung. Sayap merupakan adaptasi dari burung yang jelas untuk terbang. Merupakan airfoil yang menggambarkan prinsip aerodinamika. Sisik pada kaki burung merupakan sisa evolusi dari reptil. Bulu adalah salah satu adaptasi vertebrata yang paling luar biasa karena sangat ringan dan kuat. Bulu terbuat dari keratin, protein yang juga menyusun rambut dan kuku pada mammalia dan sisik pada reptilia. Pertama kali, burung merupakan hewan yang memiliki sayap sebagai penyekat selama evolusi hewan endoterm, setelah itu baru dimanfaatkan sebagai peralatan terbang. Selain itu bulu juga dapat dimanipulasi untuk mengntrol pengerukan udara di sekitar sayap (Kimball, 1999).
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1992).
Umumnya burung mengalami pergantian bulu sekali dalam satu tahun, tetapi burung kolibri betina mengalami pergantian bulu sekali dalam dua tahun.Pergantian bulu biasanya terjadi sebelum atau sesudah perkembangbiakan. Namun ada juga yang mengalami pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu. Pergantian bulu burung dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor fisiologis yaitu adanya hormon tiroksin. Sempurnanya bulu setiap spesies burung sejak menetas sampai dewasa berbeda-beda. Ada beberapa spesies burung yang pada saat menetas telanjang /tidak memiliki bulu. Bulu pada saat menetas disebut dengan natal plumage. Sebagian besar spesies burung memiliki jumlah bulu bervariasi pada saat menetas, hanya beberapa deret bulu pada spesies altrical (misalnya merpati) atau seluruh tubuh tertutup bulu pada burung precocial muda (misal ayam) (Anonymous, 2010).
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1992).
Pada bagian mulut terdapat bagian yang terproyeksi  sebagai paruh ( Rostrum) yang terbentuk oleh maxila pada ruang bagian atas  dan mandibula  pada ruang bagian bawah. Pada bagian luar dari rostrum dilapisi oleh pembungkus zat tanduk dan pada kelompok  burung Neornithes tidak bergigi. Tubuhnya dibungkus oleh kulit, pada kulit terdapat bulu yang merupakan hasil derivat epidermis menjadi bentuk yang ringan, fleksibel, dan sebagai sebagai pembungkus tubuh yang sangat resisten (Jasin, 1992).
Burung pada umumnya mempunyai kulit yang tipis, mengandung keratin sedikit sekali. Hubungan dengan jaringan yang ada disebelahnya tidak erat. Struktur tambahan dari kulit ialah bulu mengalami penandukan kuat sekali. Bagian bawah kaki dan jari, ditutupi oleh sisik tanduk yang terdapat pada Archosauria dan ini mengelupas. Paruh juga mengalami penandukan (Djuhanda, 1983).
Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu. persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil. Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak mudah terguling. (Anonimous, 2010).
Walaupun kebanyakan burung mampu terbang, terdapat beberapa spesies yang tidak mapu terbang seperti burung penguin, unta, rea, emu, kiwi, dan lain-lain. Burung adalah oviparous atau bertelur, kadang kala kedua pasangan akan bergilir (penguin) dan dalam setengah spesies burung hanya burung jantan yang akan mengerami telur. Terdapat juga spesies burung yang bertelur dalam sarang burung burung lain untuk dieramkan oleh burung lain (Jasin, 1992).
Burung ada pula yang memiliki cakar tajam untuk mencengkram mangsanya, cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan sarasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek mangsa. Tipe-tipe cakar ini merupakan adaptasi dari pengaruh habitat dan fungsinya. Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya saja cangkangnya lebih keras karena mengandung zat kapur. Burung kebanyakan mengerami telurnya, tapi ada beberapa jenis burung yang menimbunnya dalam pasir atau sarasah seperti burung Maleo dan burung Gasong. Sebagai ganti mengerami telur burung-burung ini mengandalkan panas bumi dan fermentasi dari sarasah/sampah yang membusuk persis seperti yang dilakukan kebanykan reptil (Djuhanda, 1983).

D.    PERUMUSAN HIPOTESIS
Berdasakan tinjauan pustaka atau kerangka pemikiran diatas, maka penulis mencoba untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji kebenarannya, apakah hasil penelitian akan menerima atau menolak hipotesis tersebut, sebagai berikut:
            H1                    : Terdapat keanekaragaman aves di Pasar Hewan Jl. Kartini Semarang
H2                : Terdapat spesies aves yang memiliki ciri morfologi yang berbeda, seperti: bulu,  paruh, dan cakar.
H3                          : Terdapat spesies aves yang memiliki jenis makanan yang berbeda.

E.     METODOLOGI PENELITIAN

Data Penelitian ini didapatkan melalui :
·         Observasi langsung dengan pengamatan mengenai ciri karakteristik yang khas pada tiap spesies aves.
·         Wawancara langsung kepada tiga penjual aves yang berada di Pasar Burung Karimata Jalan Kartini Kota Semarang

Alat-alat Digunakan :
Alat tulis lengkap, Alat perekam, Kamera Digital

Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penulisan ini adalah Aves.

F.     HASIL PENELITIAN


Hasil observasi yang telah kami lakukan adalah sebagai berikut : 


Ordo Psittaciformes


Lovebird
Nama umum        : Fischer’s Love bird
Klasifikasi ilmiah              :
Kingdom              : Animalia
Kelas                     : Chordata
Ordo                      : Psittaciformes
Famili                   : Psittacidae
Upafamili             : Psittacinae
Bangsa                  : Psittaculini
Genus                    : Agapornis
Spesies                   : Agapornis ficheri

Ciri khas ordo Psittaciformes :
·         Burung berparuh bengkok
·         Bentuk paruh pendek, sempit, tepi tajam, ujung berkait
·         Bulu berwarna putih, hijau, biru, kuning
·         Paruh bagian atas bersendi dengan tengkorak sehinggadapat bergerak
·         Kaki tipe zygodactylus
·         Contoh familia Psittacidae


 

Bentuk Paruh pemakan buah dan kacang-kacangan Tipe kaki Zygodactyle (dua kaki kedepan, dua kaki kebelakang)
  
  
Karakteristik tubuh : Mereka adalah burung yang berukuran kecil, antara 13 sampai 17 cm dengan 40 hingga 60 gram, dan bersifat social, warna tubuh sebagian besar berwarna hijau, kepala dan bagian tubuh atas orange, bagian pantat biru, paruh merah, mata berkacamata putih.

Habitat : Delapan dari spesies ini berasal dari Afrika sementara spesies “burung cinta kepala abu-abu” berasal dari Madagaskar.

Burung cinta adalah satu burung dari sembilan jenis genus Agarponis (dari bahasa Yunani “agape” yang berarti “cinta” dan ”ornis” yang berarti “burung”).

Nama mereka berasal dari kelakuan yang umum diamati bahwa sepasang burung cinta akan duduk berdekatan dan saling menyayangi satu sama lain. Sifat pasangan burung cinta adalah monogami di alam bebas.


Burung love bird biru cobalt merupakan hasil permutasian silang.
Warna paruh dari Lovebird Biru Cobalt adalah orange muda / pudar atau Orange tua yang mencolok.,Warna biru cobalt memiliki warna yang kurang lebih mirip satu sama lain, biru telur asin, biru kehijauan, dan lain lain. Warna bulu pada kepala hitam keabuan dengan warna bulu pada leher putih. Warna pada bulu perut lebih muda dibandingkan dengan warna pada sayap.





Tahap Pertumbuhan Burung Lovebird














Urutan Tahap Pertumbuhan Love Bird
Urutan dari atas kiri ke kanan
1.      Love Bird umur 8 minggu (kiri)
2.      Love Bird umur 7 minggu (kanan)
3.      Love Bird umur 3,5 minggu (kiri)
4.      Love Bird umur 2,5 minggu (kanan)
5.      Love Bird umur 2 minggu (kiri)
6.      Love Bird umur 8 hari (kanan)
7.      Love Bird umur 6 hari (kiri)
8.      Love Bird umur 4 hari (kanan)
9.      Love Bird umur 2 hari (kiri)
10.  Love Bird umur beberapa jam (kanan)
11.  Telur Burung Love Bird

Sekian Saudara untuk spesies dari ordo Psittaciformes dan Ordo selanjutnya akan Saya posting pada hari berikutnya. Terimakasih telah membaca Selalu Semangat Semuanya

No comments:

Post a Comment