Ini adalah hasil observasi yang telah kami lakukan mengenai Identifikasi Dan Klasifikasi Jenis Aves Di Pasar Burung Karimata Jalan Kartini Kota Semarang tepatnya pada tanggal 20 Oktober 2013
Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dalam mempelajari ilmu Taksonomi Hewan
LAPORAN
OBSERVASI LAPANGAN
TAKSONOMI HEWAN
Identifikasi
dan Klasifikasi Jenis Aves Di Pasar Burung Karimata Jalan Kartini Kota Semarang
Disusun oleh :
1.
Tesa Aghnes Maudyni (4401412005)
2.
Putri Mei Wahyuni (4401412034)
3.
Ros Setiani (4401411240)
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN
BIOLOGI
SEMARANG
2014
A.
JUDUL PENELITIAN
Identifikasi
dan Klasifikasi Jenis Aves Di Pasar Burung Karimata Jalan Kartini Kota Semarang.
B.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Keanekaragaman hayati jenis burung
di dunia ini sangat banyak dan beragam. Jumlah species burung sangat banyak, bahkan yang terbanyak dibandingkan
dengan kelas lainnya kecuali kelas pisces. Indonesia merupakan negara
keempat di dunia yang memiliki keanekaragaman jenis burung setelah Columba dan
Peru. Menurut penelitian jenis-jenis burung di Indonesia ini sangat luar biasa,
terdapat 1531 jenis burung, 381 jenis diantaranya adalah endemik.Tak mungkin
jumlah spesies aves yang banyak itu dapat kita pelajari satu persatu dengan
mudah, maka dari itu dibutuhkan pengelompokan-pengelompokan dengan proses
identifikasi dan klasifikasi. Dengan begitu, kita dapat dengan mudah untuk
mempelajarinya.
Menyadari hal tersebut, kami selaku
mahasiswa bermaksud melakukan observasi lapangan untuk mengetahui lebih jauh
tentang keanekaragaman aves. Observasi Lapangan adalah alternatif yang kami
pilih untuk memenuhi maksud tersebut. Kami mengharapkan dengan Observasi
Lapangan ini dapat menambah pengetahuan tentang keanekaragaman aves.
Berdasarkan
hal tersebut diatas, maka untuk observasi lapangan ini penulis mengambil judul
“IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI JENIS AVES DI PASAR
BURUNG KARIMATA DI JALAN KARTINI KOTA SEMARANG“. Penelitian ini
kami laksanakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Taksonomi hewan khususnya
untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan berbagai jenis aves. Penelitian tersebut
kami lakukan di pasar burung yang terdapat di jalan Kartini kota Semarang dikarenakan
sangat banyaknya jenis-jenis hewan terutama dari jenis aves yang dapat diamati.
Pengelompokkan aves tersebut merupakan hasil pengamatan dari segi morfologi,
habitat, jenis makanan, cara perkembangbiakan, dll.
Perumusan Masalah
1. Apa
saja hasil identifikasi dan pengelompokan aves berdasarkan morfologinya, habitat, jenis makanan, cara perkembangbiakan
?
2. Apa saja ordo yang diperoleh berdasarkan hasil observasi
?
3. Apa ciri karakteristik masing-masing ordo menurut hasil
observasi ?
Tujuan
Penelitian
1. Memperoleh
hasil identifikasi dan pengelompokan aves berdasarkan morfologi, habitat, jenis makanan dan cara perkembangbiakan.
2. Mengetahui ordo-ordo aves yang diperoleh berdasarkan
hasil observasi
3. Mengetahui ciri karakteristik masing-masing ordo menurut
hasil observasi
Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
diantaranya :
1. Manfaat
akademis
a.
Dapat mengenali perbedaan antara
spesies aves yang satu dengan spesies lainnya.
b.
Dapat mengelompokkan aves
berdasarkan ciri-cirinya.
c.
Memperdalam dan meningkatkan
ketrampilan serta kreatifitas diri dalam lingkungan yang sesuai dengan disiplin
ilmu yang dimilikinya.
d.
Menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman selaku generasi yang dididik untuk siap terjun langsung di masyarakat
khususnya di lingkungan kerja.
e.
Merupakan sarana penghubung antara
instansi dan lembaga pendidikan tinggi.
2. Manfaat
umum
a. Penelitian
ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang keanekaragaman aves
sehingga dapat menambah kekaguman terhadap ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
b. Menambah kesadaran masyarakat agar selalu melestarikan
makhluk hidup salah satunya aves.
C.
TINJAUAN
PUSTAKA
Burung atau aves adalah salah satu
kelompok yang paling banyak dan paling terkenal di dunia. Mereka berdarah panas
seperti mamalia tetapi lebih dekat kekerabatannya dengan reptil, mereka
berkembang sejak 135 juta tahun yang lalu. Semua burung lebih dulu bernenek
moyang dari fosil burung pertama, yaitu Archaeopteryx (Mac Kinnon, 1991).
Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata
yang berdarah panas dengan memiliki bulu dan sayap. Tulang dada tumbuh membesar
dan memipih, anggota gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan
bertengger. Mulut sudah termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa,
jantung terdiri dari empat ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena
gigi-giginya telah menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk
dan berkembang biak dengan bertelur. Kelas ini dimanfaatkan oleh manusia
sebagai sumber makanan, hewan ternak, hobi dalam peliharaan. Dalam bidang
industri bulunya dapat dimanfaatkan contohnya baju, hiasan dinding, dan
lainnya. (Mukayat, 1990).
Anggota kelas aves memiliki
kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya, sehingga hewan ini mampu
bertahan dan berkembang biak pada suatu tempat. Struktur dan fisiologi burung
diadaptasikan dalam berbagai cara untuk penerbangan yang efisien. Yang paling
utama di antara semuanya adalah sayap. Meskipun sekarang sayap itu memungkinkan
burung untuk terbang jauh mencari makanan yang cocok dan berlimpah, mungkin
saja sayap itu dahulu timbul sebagai adaptasi yang membantu hewan ini lolos
dari pemangsanya. Adanya burung-burung yang tidak memiliki sayap yang hidup di
Antartika, Selandia Baru dan daerah-daerah lain yang jarang ada pemangsanya
membuktikan hal ini (Kimball, 1983).
Kelas aves memiliki kemajuan bila
dibandingkan dengan kelas-kelas yang mendahuluinya dalam hal; 1. Tubuh
mempunyai penutup yang bersifat isolasi, 2. Darah vena dan arteri terpisah
secara sempurna dalam sirkulasi pada jantung, 3. Pengaturan suhu tubuh, 4.
Rata-rata metabolisme aves tinggi, 5. Mempunyai kemampuan untuk terbang, 6.
Suaranya berkembang dengan baik, 7. Menjaga anaknya dengan baik dan cara khusus
(Jasin, 1992).
Struktur dan
fisiologi burung diadaptasikan dalam berbagai cara untuk penerbangan efisien.
Yang paling utama dari semua ini tentu saja adalah sayap. Meskipun sekarang
sayap itu bisa memungkinkan burung untuk terbang jarak jauh untuk mencari
makanan yang cocok dan berlimpah. Mungkin saja sayap itu dahulu timbul sebagai
adaptasi yang membantu mereka meloloskan diri dari pemangsanya (Kimball, 1999).
Aves merupakan hewan yang paling
banyak dikenal orang karena dapat dilihat dimana-mana, aktif pada siang hari
dan unik karena memiliki bulu sebagai penutup. Bulu-bulu tersebut dapat
membantu mengatur suhu tubuh dan pada saat terbang. Dengan kemampuan terbang
itu, aves mendiami semua habitat. Warna dan suara beberapa aves merupakan daya
tarik bagi mata dan telinga manusia. Banyak diantaranya mempunyai arti penting
dalam ekonomi, sebagain merupakan bahan makanan dan sumber potein. Beberapa
diantaranya diternakkan oleh manusia (Anonymous, 2010b).
Aves adalah tetrapoda yang:
1. Hampir seluruhnya ditutupi bulu dan kakinya bersisik yang merupakan
ciri mirip reptil
2. Kepala ditopang oleh leher yang
fleksibel dan tengkorak berartikulasi dengan condylus osccipital tunggal
3. Otak relatif besar dengan corpora
striata yang padat (seringkali diasosiasikan dengan tingkah laku insting) neopalium
kecil. Lobus opticus (corpora trigemina) besar.
4. Rahang bawah terdiri atas
tulang-tulang yang kompleks,artikulasi antar artikular dan quadrat. Terdapat auditory
ossicle yang disebut collumella auris.
5. Suara yang dihasilkan oleh syrinx
yang terdapat pada dasar trachea. Larynx rudimenter dan tidak ada pita
suara.
6. Tidak mempunyai gigi,kecuali “gigi
telur” yang diperlukan untuk membantu penetasan. Mempunyai paruh dari zat
tanduk menutupi rahang atas dan bawah
7. Nostril langsung berhubungan dengan
buccal cavity. Tidak berpipi,langit-langit sekunder tidak ada.
8. Tungkai muka bermodifikasi menjadi
sayap, sehingga burung dapat terbang. Bagian “lengan” bermodifikasi menjadi
panjang, jari tengah memanjang untuk menyokong bulu terbang. Sebuah jari
anterior terpisah untuk menyokong bulu alula yaitu bulu kecil yang
merupakan bulu penting untuk gerakan aerodinamika. Jari posterior yang
tereduksi menyokong jari tengah. Tungkai belakang bermodifikasi secara beragam
untuk berjalan dengan dua kaki di tanah,atau burung berenang atau kedua-duanya.
Umumnya mempunyai mempunyai jari-jari,satu ke arah belakang (hallux),
dan tiga ke arah depan. Gelang bahu dan
gelang panggul terspesialisasi dengan baik menunjang berat tubuh baik
ketika berjalan,maupun terbang.
9. Tulang panjang maupun tulang vertebrae tidak
mempunyai epiphise. Vertebrae cervical berbentuk sadel
(heterocoel) di bagian tengah sehingga leher dapat bergerak leluasa; tulang
belakang sisanya sangat padat
10.Jantung beruang empat. Lengkung aorta kiri
tidakada, eritrosit berbentuk bulat dan berinti.
11. Tidak mempunyai diafragma. Sistem kantung udara
yang berkembang dengan baik sangat membantu paru-paru untuk mengedarkan udara
ke seluruh tubuh
12.Telur besar dengan
kuning telur yang banyak dan Dilindungi oleh cangkang kapur, fertilisasi
internal amnion dan alantois terbentuk selama masa perkembanga. Pengeraman
dilakukan oleh salah satu induk atau kedua induknya di dalam sarang Setelah
menetas anak-anaknya dipelihara oleh induknya. 13. Suhu badan tetap,umumnya
lebih tinggi dari pada mamalia yaitu diatas 40 derajat Celcius.
Adanya bulu
pada burung merupakan karakter spesifik yang menunjukkan jenis burung. Sayap
merupakan adaptasi dari burung yang jelas untuk terbang. Merupakan airfoil yang
menggambarkan prinsip aerodinamika. Sisik pada kaki burung merupakan sisa
evolusi dari reptil. Bulu adalah salah satu adaptasi vertebrata yang paling
luar biasa karena sangat ringan dan kuat. Bulu terbuat dari keratin, protein
yang juga menyusun rambut dan kuku pada mammalia dan sisik pada reptilia.
Pertama kali, burung merupakan hewan yang memiliki sayap sebagai penyekat
selama evolusi hewan endoterm, setelah itu baru dimanfaatkan sebagai peralatan
terbang. Selain itu bulu juga dapat dimanipulasi untuk mengntrol pengerukan
udara di sekitar sayap (Kimball, 1999).
Bulu adalah ciri khas kelas aves
yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi
oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada
reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal
yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam
pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada
kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk
bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk
bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung
pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada
perkembangan selanjutnya (Jasin, 1992).
Umumnya burung mengalami pergantian
bulu sekali dalam satu tahun, tetapi burung kolibri betina mengalami pergantian
bulu sekali dalam dua tahun.Pergantian bulu biasanya terjadi sebelum atau
sesudah perkembangbiakan. Namun ada juga yang mengalami pergantian bulu parsial
oleh sebab tertentu. Pergantian bulu burung dipengaruhi oleh banyak faktor,
antara lain faktor fisiologis yaitu adanya hormon tiroksin. Sempurnanya bulu
setiap spesies burung sejak menetas sampai dewasa berbeda-beda. Ada beberapa
spesies burung yang pada saat menetas telanjang /tidak memiliki bulu. Bulu pada
saat menetas disebut dengan natal plumage. Sebagian besar spesies burung
memiliki jumlah bulu bervariasi pada saat menetas, hanya beberapa deret bulu
pada spesies altrical (misalnya merpati) atau seluruh tubuh tertutup
bulu pada burung precocial muda (misal ayam) (Anonymous, 2010).
Bulu adalah ciri khas kelas aves
yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi
oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada
reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil
dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke
dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada
kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk
bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk
bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung
pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada
perkembangan selanjutnya (Jasin, 1992).
Pada bagian mulut terdapat bagian
yang terproyeksi sebagai paruh ( Rostrum) yang terbentuk oleh maxila pada
ruang bagian atas dan mandibula pada ruang bagian bawah. Pada
bagian luar dari rostrum dilapisi oleh pembungkus zat tanduk dan pada
kelompok burung Neornithes tidak bergigi. Tubuhnya dibungkus oleh kulit,
pada kulit terdapat bulu yang merupakan hasil derivat epidermis menjadi bentuk
yang ringan, fleksibel, dan sebagai sebagai pembungkus tubuh yang sangat
resisten (Jasin, 1992).
Burung pada umumnya mempunyai kulit yang tipis, mengandung keratin sedikit
sekali. Hubungan dengan jaringan yang ada disebelahnya tidak erat. Struktur
tambahan dari kulit ialah bulu mengalami penandukan kuat sekali. Bagian bawah
kaki dan jari, ditutupi oleh sisik tanduk yang terdapat pada Archosauria dan
ini mengelupas. Paruh juga mengalami penandukan (Djuhanda, 1983).
Burung
berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras
karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun
telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah
pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami,
burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas
matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu. persis seperti yang
dilakukan kebanyakan reptil. Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan
mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari
tumpukan rumput, ranting, atau batu atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar
sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak mudah terguling.
(Anonimous, 2010).
Walaupun
kebanyakan burung mampu terbang, terdapat beberapa spesies yang tidak mapu
terbang seperti burung penguin, unta, rea, emu, kiwi, dan lain-lain. Burung
adalah oviparous atau bertelur, kadang kala kedua pasangan akan bergilir
(penguin) dan dalam setengah spesies burung hanya burung jantan yang akan
mengerami telur. Terdapat juga spesies burung yang bertelur dalam sarang burung
burung lain untuk dieramkan oleh burung lain (Jasin, 1992).
Burung ada pula
yang memiliki cakar tajam untuk mencengkram mangsanya, cakar pemanjat pohon,
cakar penggali tanah dan sarasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat
untuk berlari dan merobek mangsa. Tipe-tipe cakar ini merupakan adaptasi dari
pengaruh habitat dan fungsinya. Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur
burung mirip telur reptil, hanya saja cangkangnya lebih keras karena mengandung
zat kapur. Burung kebanyakan mengerami telurnya, tapi ada beberapa jenis burung
yang menimbunnya dalam pasir atau sarasah seperti burung Maleo dan burung
Gasong. Sebagai ganti mengerami telur burung-burung ini mengandalkan panas bumi
dan fermentasi dari sarasah/sampah yang membusuk persis seperti yang dilakukan
kebanykan reptil (Djuhanda, 1983).
D.
PERUMUSAN HIPOTESIS
Berdasakan tinjauan pustaka atau kerangka pemikiran
diatas, maka penulis mencoba untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji
kebenarannya, apakah hasil penelitian akan menerima atau menolak hipotesis
tersebut, sebagai berikut:
H1 : Terdapat keanekaragaman
aves di Pasar Hewan Jl. Kartini Semarang
H2 : Terdapat spesies aves yang
memiliki ciri morfologi yang berbeda, seperti: bulu, paruh, dan cakar.
H3 : Terdapat
spesies aves yang memiliki jenis makanan yang berbeda.
E.
METODOLOGI
PENELITIAN
Data Penelitian ini didapatkan melalui :
·
Observasi langsung
dengan pengamatan mengenai ciri karakteristik yang khas pada tiap spesies aves.
·
Wawancara langsung
kepada tiga penjual aves yang berada di Pasar Burung Karimata Jalan Kartini
Kota Semarang
Alat-alat
Digunakan :
Alat tulis lengkap, Alat perekam, Kamera Digital
Objek Penelitian
Objek
penelitian dalam penulisan ini adalah Aves.
F.
HASIL PENELITIAN
Hasil observasi yang telah kami lakukan adalah sebagai berikut :
Ordo Psittaciformes
Lovebird
Nama umum : Fischer’s Love bird
Klasifikasi
ilmiah :
Kingdom : Animalia
Kelas : Chordata
Ordo :
Psittaciformes
Famili : Psittacidae
Upafamili : Psittacinae
Bangsa :
Psittaculini
Genus :
Agapornis
Spesies : Agapornis
ficheri
Ciri khas ordo Psittaciformes :
·
Burung berparuh bengkok
·
Bentuk paruh pendek, sempit, tepi tajam, ujung berkait
·
Bulu berwarna putih, hijau, biru, kuning
·
Paruh bagian atas bersendi dengan tengkorak sehinggadapat bergerak
·
Kaki tipe zygodactylus
·
Contoh familia Psittacidae
Bentuk Paruh pemakan buah dan kacang-kacangan Tipe kaki Zygodactyle (dua kaki kedepan, dua kaki kebelakang)
Karakteristik tubuh : Mereka adalah burung yang berukuran
kecil, antara 13 sampai 17 cm dengan 40 hingga 60 gram, dan bersifat social,
warna tubuh sebagian besar berwarna hijau, kepala dan bagian tubuh atas orange,
bagian pantat biru, paruh merah, mata berkacamata putih.
Habitat : Delapan dari spesies ini berasal dari Afrika
sementara spesies “burung cinta kepala abu-abu” berasal dari Madagaskar.
Burung cinta adalah satu burung dari sembilan jenis genus
Agarponis (dari bahasa Yunani “agape” yang berarti “cinta” dan ”ornis” yang
berarti “burung”).
Nama mereka berasal dari kelakuan yang umum diamati bahwa
sepasang burung cinta akan duduk berdekatan dan saling menyayangi satu sama
lain. Sifat pasangan burung cinta adalah monogami di alam
bebas.
Burung love bird biru cobalt merupakan
hasil permutasian silang.
Warna
paruh dari Lovebird
Biru Cobalt adalah orange muda / pudar atau Orange tua yang mencolok.,Warna
biru cobalt memiliki warna yang kurang lebih mirip satu sama lain, biru telur
asin, biru kehijauan, dan lain lain. Warna bulu pada kepala hitam keabuan dengan warna bulu pada leher putih.
Warna pada bulu perut lebih muda dibandingkan dengan warna pada sayap.
Tahap Pertumbuhan Burung
Lovebird
Urutan Tahap Pertumbuhan Love Bird
Urutan dari atas kiri ke kanan
1.
Love Bird umur 8 minggu (kiri)
2.
Love Bird umur 7 minggu (kanan)
3.
Love Bird umur 3,5 minggu (kiri)
4.
Love Bird umur 2,5 minggu (kanan)
5.
Love Bird umur 2 minggu (kiri)
6.
Love Bird umur 8 hari (kanan)
7.
Love Bird umur 6 hari (kiri)
8.
Love Bird umur 4 hari (kanan)
9.
Love Bird umur 2 hari (kiri)
10.
Love Bird umur beberapa jam (kanan)
11.
Telur Burung Love Bird
Sekian Saudara untuk spesies dari ordo Psittaciformes dan Ordo selanjutnya akan Saya posting pada hari berikutnya. Terimakasih telah membaca Selalu Semangat Semuanya
No comments:
Post a Comment